Saya membolak-balikkan buku menu yang agak usang dan
akhirnya memesan es krim berjudul Horn
Keranjang, tiga scoop es krim
rasa coklat, stroberi, dan leci, dengan garnish
astor dan siraman coklat cair nan tipis. Saat suapan pertama masuk ke dalam
mulut, rasa dan teksturnya berbeda dengan es krim – es krim merk sekarang, amat
klasik. Rasa dan teksturnya justru mirip dengan es dung-dung jaman saya masih
ingusan.
Mata saya tak henti mengamati ruangannya hanya sekitar 3 x 5
meter saja. Mungkin karena itu, desain interiornya dipenuhi dengan kaca agar
terlihat luas. Hanya ada 2 meja di sisi kanan dan 2 di sisi kiri. Antar meja
yang dipasangkan dengan kursi rotan, disekat oleh kisi dengan motif floral.
Penasaran apakah ada ruangan lain, saya pura-pura minta ijin
ke toilet. “Ini lurus aja, nanti mentok, belok kiri ya, Mbak”, ujar mbak-mbak
pramusaji seolah-olah jalurnya rumit dan jaraknya jauh – tapi untuk ukuran
menuju toilet, ya jauh. Saat berjalan, saya melihat seorang bapak-bapak yang
saya taksir adalah pemiliknya dan beberapa pegawainya yang sibuk menata es krim
di kotak pendingin yang jumlahnya lebih dari sepuluh buah. Saya takjub,
ternyata di dalamnya lebih luas.
Tidak hanya es krimnya saja yang klasik, namun arsitekturnya
juga masih mempertahankan gaya lama. Pintu masuknya merupakan 2 buah pintu kaca
geser yang masing-masing bergambar segelas es krim warna-warni yang warnanya kian
pudar. Saat mata saya melongok ke atas, tertulis “sejak 1952, Es Krim Tentrem”.
Enam puluh dua tahun, sodara, sodara. Seperlima usia saya saat ini *digebug scoop es krim*. Dan, bapak yang saya
temui di dalam tadi, yang akhirnya saya ketahui bernama Sulaiman, merupakan
generasi ketiga yang mengelola Tentrem.
Saat saya menikmati es krim, hanya ada sepasang ABG SMU
(mungkin mereka anti mainstream, di saat ABG lain nongkrong di mall, mereka
lebih memilih di es krim klasik). Yang saya herankan adalah walaupun pengunjung
tidak banyak, tetapi produksinya seperti tetap massive, karena saya juga tidak tahu mereka terima pesanan atau
tidak.
Ohya, letak es krim Tentrem ini di Jl. Urip Sumoharjo, Solo,
di sisi sebelah barat. Mata harus jeli, karena pepohonan pembatas jalan cukup
rimbun untuk menghalangi pandangan.
NB:
Buat Pak Sulaiman, mungkin butuh peremajaan interior dengan
mempertahankan keklasikannya Pak, biar lebih menarik. Plus, buku menunya juga
ya, Pak.
Penampakan es krim lainnya nih
pink panther |
banana split |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar