Jumat, 06 Juni 2014

Tentrem yang Adem

Sebenernya saya tidak terlalu suka dengan es krim, tapi kenapa saya menulis tentang es krim? Karena, ya ingin saja.

Saya membolak-balikkan buku menu yang agak usang dan akhirnya memesan es krim berjudul Horn Keranjang, tiga scoop es krim rasa coklat, stroberi, dan leci, dengan garnish astor dan siraman coklat cair nan tipis. Saat suapan pertama masuk ke dalam mulut, rasa dan teksturnya berbeda dengan es krim – es krim merk sekarang, amat klasik. Rasa dan teksturnya justru mirip dengan es dung-dung jaman saya masih ingusan.


Mata saya tak henti mengamati ruangannya hanya sekitar 3 x 5 meter saja. Mungkin karena itu, desain interiornya dipenuhi dengan kaca agar terlihat luas. Hanya ada 2 meja di sisi kanan dan 2 di sisi kiri. Antar meja yang dipasangkan dengan kursi rotan, disekat oleh kisi dengan motif floral.

Penasaran apakah ada ruangan lain, saya pura-pura minta ijin ke toilet. “Ini lurus aja, nanti mentok, belok kiri ya, Mbak”, ujar mbak-mbak pramusaji seolah-olah jalurnya rumit dan jaraknya jauh – tapi untuk ukuran menuju toilet, ya jauh. Saat berjalan, saya melihat seorang bapak-bapak yang saya taksir adalah pemiliknya dan beberapa pegawainya yang sibuk menata es krim di kotak pendingin yang jumlahnya lebih dari sepuluh buah. Saya takjub, ternyata di dalamnya lebih luas.

Tidak hanya es krimnya saja yang klasik, namun arsitekturnya juga masih mempertahankan gaya lama. Pintu masuknya merupakan 2 buah pintu kaca geser yang masing-masing bergambar segelas es krim warna-warni yang warnanya kian pudar. Saat mata saya melongok ke atas, tertulis “sejak 1952, Es Krim Tentrem”. Enam puluh dua tahun, sodara, sodara. Seperlima usia saya saat ini *digebug scoop es krim*. Dan, bapak yang saya temui di dalam tadi, yang akhirnya saya ketahui bernama Sulaiman, merupakan generasi ketiga yang mengelola Tentrem.



Saat saya menikmati es krim, hanya ada sepasang ABG SMU (mungkin mereka anti mainstream, di saat ABG lain nongkrong di mall, mereka lebih memilih di es krim klasik). Yang saya herankan adalah walaupun pengunjung tidak banyak, tetapi produksinya seperti tetap massive, karena saya juga tidak tahu mereka terima pesanan atau tidak.

Ohya, letak es krim Tentrem ini di Jl. Urip Sumoharjo, Solo, di sisi sebelah barat. Mata harus jeli, karena pepohonan pembatas jalan cukup rimbun untuk  menghalangi pandangan.

NB:
Buat Pak Sulaiman, mungkin butuh peremajaan interior dengan mempertahankan keklasikannya Pak, biar lebih menarik. Plus, buku menunya juga ya, Pak.

Penampakan es krim lainnya nih 
pink panther
banana split

Tidak ada komentar:

Posting Komentar